Mengenal Kurikulum Deep Learning, Konsep Baru untuk Pendidikan yang Lebih Mendalam

Mengenal Kurikulum Deep Learning, Konsep Baru untuk Pendidikan yang Lebih Mendalam. Foto: Tivi7news/ilustrasi.

Nganjuk, tivi7news.com- Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, memperkenalkan konsep “Kurikulum Deep Learning”, yang dirancang untuk menggantikan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini menekankan pembelajaran yang lebih mendalam, dengan fokus pada pemahaman materi secara substansial, serta keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar. Berbeda dari pendekatan kurikulum sebelumnya, “Kurikulum Deep Learning” hadir dengan filosofi yang lebih menyeluruh, bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, menyenangkan, dan penuh makna.

Konsep Dasar “Kurikulum Deep Learning”

Bacaan Lainnya

Pada intinya, “Kurikulum Deep Learning” mengedepankan tiga pilar utama, yaitu “Mindful Learning”, “Meaningful Learning”, dan “Joyful Learning”. Ketiga pilar ini berfungsi sebagai fondasi yang mendasari setiap aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Dalam penjelasannya, Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa kurikulum ini tidak hanya mengganti struktur pembelajaran yang ada, tetapi juga berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan melalui metode yang memungkinkan siswa untuk memahami materi secara lebih mendalam.

“Tujuannya adalah untuk mengurangi volume materi pelajaran, namun memperdalam pemahaman melalui eksplorasi yang lebih intens,” ungkap Abdul Mu’ti. Pendekatan ini mengharapkan siswa untuk lebih aktif dalam menggali informasi dan berpikir kritis, bukan hanya sekadar menerima informasi secara pasif.

Pilar-Pilar Utama dalam “Kurikulum Deep Learning”

1. Mindful Learning: Keterlibatan Aktif dan Penghargaan terhadap Keunikan Siswa

“Mindful Learning” adalah pendekatan yang mengutamakan perhatian penuh pada setiap individu dalam proses belajar. Dalam hal ini, siswa diajak untuk aktif terlibat dalam pembelajaran, dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi masing-masing. Metode ini berfokus pada pengalaman langsung melalui eksperimen, diskusi, dan eksplorasi materi. Misalnya, dalam pembelajaran sains, siswa tidak hanya diajarkan teori tentang air, tetapi juga dilibatkan dalam eksperimen yang menunjukkan bagaimana air berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendekatan ini, diharapkan siswa dapat mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari dengan kenyataan di sekitar mereka.

2. Meaningful Learning: Pembelajaran yang Relevan dengan Kehidupan Sehari-Hari

Pada pilar “Meaningful Learning”, siswa diajak untuk memahami alasan mengapa materi yang dipelajari itu penting dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan nyata. Pendekatan ini bertujuan agar siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengetahui manfaat praktis dari pengetahuan yang diperoleh. Sebagai contoh, dalam pembelajaran matematika, guru dapat menunjukkan bagaimana konsep-konsep tertentu, seperti perhitungan persen, berguna dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam mengelola anggaran pribadi atau perencanaan keuangan. Dengan memahami relevansi tersebut, siswa diharapkan menjadi lebih termotivasi dan antusias dalam belajar.

3. Joyful Learning: Pembelajaran yang Menyenangkan dan Memuaskan

Berbeda dengan pendekatan tradisional yang mungkin hanya menekankan pada pencapaian akademis, “Joyful Learning” mengedepankan kesenangan dalam memahami materi. Namun, yang dimaksud dengan “menyenangkan” di sini bukanlah sekadar hiburan, melainkan pengalaman belajar yang menggugah rasa ingin tahu siswa dan memberikan kepuasan intelektual. Misalnya, dalam pembelajaran sejarah, guru bisa mengadakan simulasi peristiwa bersejarah atau diskusi interaktif yang membuat siswa lebih terlibat aktif. Pendekatan ini bertujuan agar siswa tidak hanya merasa senang, tetapi juga memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap materi yang dipelajari.

Langkah Persiapan untuk Implementasi “Kurikulum Deep Learnin”

Penerapan “Kurikulum Deep Learning” direncanakan akan dimulai pada tahun 2025. Namun, implementasi kurikulum ini memerlukan persiapan yang matang, terutama dalam hal pelatihan bagi guru dan penyediaan infrastruktur yang memadai. Salah satu aspek penting dalam transisi menuju kurikulum ini adalah pelatihan intensif bagi para guru, yang akan dilatih untuk mengadopsi pendekatan yang lebih berfokus pada siswa, serta mengajarkan dengan cara yang mendorong keterlibatan aktif dan pemikiran kritis.

Abdul Mu’ti juga menekankan pentingnya perubahan pola pikir para pendidik dalam mengimplementasikan kurikulum ini. Para guru diharapkan untuk lebih fleksibel dalam merespons kebutuhan siswa dan siap mengadaptasi metode pengajaran yang lebih interaktif. Keberhasilan “Kurikulum Deep Learning” akan sangat bergantung pada kesiapan guru untuk mengubah cara mereka mengajar dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan berfokus pada siswa.

Menyongsong Masa Depan Pendidikan Indonesia

Dengan penerapan “Kurikulum Deep Learning”, diharapkan proses pembelajaran di Indonesia dapat lebih fokus pada kualitas pemahaman daripada sekadar pencapaian akademis. Melalui pendekatan yang lebih mendalam dan bermakna, siswa tidak hanya diharapkan menjadi lebih pintar, tetapi juga lebih siap menghadapi tantangan di dunia nyata. Selain itu, dengan memfasilitasi keterlibatan aktif dan memberi ruang bagi eksplorasi, kurikulum ini berpotensi menciptakan pengalaman belajar yang lebih memuaskan dan menyenangkan bagi setiap siswa.

Dengan begitu, “Kurikulum Deep Learning” bukan hanya merupakan alternatif dari kurikulum sebelumnya, tetapi juga merupakan langkah menuju pembaruan yang menjadikan pendidikan di Indonesia lebih relevan, menyeluruh, dan berorientasi pada perkembangan karakter serta keterampilan kritis siswa.

Pos terkait